Pages

Tuesday, August 15, 2017

Trip Menghayati Lelah di Belitung : 08 | Belitung Timur

Bangkit di hari ke 3 di Belitung.

* pose pose bukak tingkap macam iklan Adabi

Rise and shine. Adabi.... melazatkan ( tutup balik tingkap sebab takut orang baling tahik)

Seperti biasa kami breakfast dulu di hotel.

Dan seperti yang di janjikan Agus akan datang pick up kami di hotel dan bawa kami ke destinasi yang telah di rancangkan.

Sekali sekala seronok gak travel gaya gini. Ambik pakej je siap siap. Tak payah nak pening pening kepala nak fikir. Ikut jer.  Dalam perjalanan pun buleh sambung membuta.

Destinasi kami pagi tu adalah untuk ke arah Belitung Timur dan ada beberapa tempat lawatan yang akan kami singgah semasa di sana nanti.

Perjalanan ke Belitung Timur turut memakan masa yang lama. Setelah berada hampir sejam di perjalanan kami sampai di Vihara Dewi Kwan Im

Gerbang masuk

Kawasan vihara atau lebih senang di panggil Tokong Cina.

Kena daki tangga

Tempat ibadat kaum Tionghua di Pulau Belitung ni

Vihara ini menjadi vihara terbesar dan tertua yang ada di Pulau Belitung. Setiap harinya, vihara ini didatangi pengunjung baik yang ingin beribadah maupun berwisata. Inilah Vihara Dewi Kwan Im, vihara yang kini sudah berusia 266 tahun.

Vihara Dewi Kwan Im ditemukan pertama kali pada tahun 1747. Konon, Dewi Kwan Im bersembahyang di atas batu yang ada di Kon Im, salah satu tempat sembayang paling besar di vihara ini.

Untuk memasuki vihara ini, Anda harus menaiki anak tangga yang berjumlah sekitar 86 buah. Vihara ini memiliki tiga tempat sembahyang. Pertama, Shimunyo yang berada di dekat anak tangga. Naik lebih ke atas, maka Anda akan menjumpai satu lagi tempat sembahyang bernama Sitiyamuni. Beranjak lebih ke atas, maka Anda akan menjumpai tempat sembahyang yang paling besar di vihara ini yaitu Kon Im.

Vihara ini selalu dipenuhi warga yang ingin beribadah saat hari-hari besar keagamaan seperti saat Imlek maupun saat hari raya Waisak. Pengunjung vihara ini tidak hanya warga Indonesia, turis-turis dari luar negeri pun banyak yang berkunjung ke vihara yang terletak di Desa Burung Mandi ini. Sebagian warga mengaku, jika sembahyang dan berdoa memohon keinginan di vihara ini dapat terkabul segala keinginannya.

Selain sebagai tempat ibadah, vihara ini juga memiliki pemandangan indah Gunung Burung Mandi yang terletak persis di belakang vihara ini. Jika sedang beruntung, Anda juga bisa melihat kawanan monyet yang turun dari bukit untuk mencari makan ke vihara. sumber

Kawasan sekitar

Plak perasmian

Statue besar sedang di bina di puncak bukit

Kami singgah sekejap je dan tak berlama lama di sini. Destinasi kami yang berikutnya adalah ke Pantai Burung Mandi.

Pantai Burung Mandi terletak di Desa Burung Mandi, Kecamatan Damar, kabupaten Belitung Timur (Beltim), pantai burung mandi berjarak hampir 20 kilometer dari Manggar, ibu kota Beltim.

Pantai Burung Mandi

Ada gazebo tempat istirehat

Gerai gerai jualan

Terdapat 2 versi mengenai asal-usul nama pantai Burung Mandi ini.

Versi pertama, dinama pantai Burung Mandi karena di dekatnya terdapat sebuah bukit yang juga disebut Gunung Burung Mandi Bukit itu terletak sekitar 18km arah Barat kota terbesar kedua Manggar.

Versi kedua, konon pada zaman dulu dipantai ini khabarnya banyak sekali ditemukan burung-burung yang sedang mandi. Maka dinamakanlah oleh masyarakat setempat pantai ini dengan Pantai Burung Mandi. Sebenarnya burung pelikan tu memang masuk dalam air tangkap ikan, tapi dikatakan sedang mandi.

 
Perahu perahu nelayan

Ombak besar bergulung gulung

Pantai Burung Mandi memiliki pasir yang putih layaknya pantai-pantai Belitung lainnya. Menariknya di pantai ini anda tidak bisa melihat batu-batu granit yang menjadi ciri khas pantai di Belitung seperti di pantai Tanjung Tinggi atau pantai Tanjung Kelayang.

Di pantai ini anda bisa duduk-duduk berteduh dibawah pohon-pohon pine laut yang berjejer disepanjang pantai seolah menjadi pembatas antara pantai dan daratan. Di depan pantai anda dapat menyaksikan gunung Burung Mandi.


Disisi pantai berjajar pohon kelapa dan cemara laut. Di sudut pantai, biasanya akan terlihat perahu kater berwarna warni yang dipakai oleh Nelayan Desa Burung mandi untuk mencari ikan.

Pemandangan perahu-perahu kater diatas pasir putih dengan latar belakang air laut yang biru menjadi salah satu daya tarik pantai ini. Bila beruntung, pengunjung bisa melihat anak-anak nelayan desa Burung Mandi menunjukkan keahlian mereka berenang di tengah laut.

Di Pantai Burung Mandi, anda bisa menikmati kelapa muda segar serta mencicipi ikan kerisi panggang yang dipanggang menggunakan batok atau kulit kelapa dan dibungkus dengan daun simpur. Di pantai ini juga sudah tersedia juga arena bermain untuk anak-anak.

Di pantai burung mandi terdapat banyak perahu atau kater bercat warna warni menghiasi pantai. Perahu nelayan itu memiliki ‘tangan’ di bagian kanan dan kiri terbuat dari bambu atau paip. Fungsinya untuk menyeimbangkan posisi kater sewaktu melaut. - sumber

Melayan angin di pantai Burung Mandi

Lepak minum air kelapa

Jetty

Tugu 2 ekor burung

Dan seterusnya kami bergerak ke Pantai Serdang dengan melintasi pekan Manggar yang mendapat jolokan Pekan Seribu Warung Kopi sebab terdapat banyak warung kopi di sini.

Pekan Manggar dengan monumen seribu warung kopi

Tujuan kami adalah untuk ke Pantai Serdang

Pantai Serdang adalah salah satu pantai indah terletak di kota Manggar yang merupakan ibu kota kabupaten Belitung Timur. Pantai ini menghadap laut Cina Selatan di sisi Timur pulau Belitung. Lautan yang luas membuat ombak di pantai ini cendrung lebih besar dibandingkan pantai-pantai Belitung lainnya yang terkenal dengan ombaknya yang tenang. Pantai Serdang berada di kota Manggar yang juga terkenal sebagai kota 1001 Warung Kopi. Jarak dari kota Tanjungpandan sekitar 90km (90 menit dengan mobil) ke arah Timur, atau sekitar 75km (70 menit dengan mobil) dari bandara HAS Hananjoedin.

Pasir Putih. Panjang pantai kurang lebih 500m dengan kontur yang sangat landai sehingga bidang pasir putih cukup luas. Jenis pasir halus dan putih khas Belitung. Angin di pantai Serdang cukup kencang sehingga ombak laut cukup besar untuk ukuran Belitung yang membuat airnya terlihat kurang jernih.

Pohon Pinus Laut. Di sepanjang pantai terdapat pohon-pohon pinus laut yang tinggi dan lebat, serta mengeluarkan suara khas karena daun nya terus-menerus ditiup angin. Di bawah pohon-pohon pinus ini terdapat barisan perahu Katir warna warni. - sumber

Perahu perahu nelayan berwarna warni

Pantai Serdang

Pasir landai

Cuaca agak panas untuk berkeliaran jadi kami cari port redup

Dan makan tengahari dulu di sini. Menunya nasi kotak. Simple tapi sedap !

Lepak kejap di kawasan Pantai Serdang ni dan usha usha aktiviti dan persekitaran di kawasan pantai ni.






Tak de apa yang menarik tapi kawasan ni nyata menenangkan.



Kadang aku
Masih saja mencari
Bayangan dirimu
Terasa rindu
Yang tak pernahkan hilang
Walau ditelan waktu

Kadang saat kemaraupun
Hujan uu oo uu oo
Kadang malam tak
Berbintang
Apakah mungkin yang
Kurasakan
Akan jadi kenyataan
Oo oo oh(di matamu)

Seakan matamu bicara
(Tentang cinta)
Yang tak mampu untuk
Berkata
Jangan biarkan kutersiksa
Terlena tak berdaya
Diantara kesan di matamu uu ooh

Dan dari situ kami beredar ke Kampung Ahok

Dan melihat kawasan tempat asal Ahok di sini

Ni bukan rumah dia. Ni gerai depan rumah Ahok yang sebenar.

Ni banglo nya

Tahu tak siapa Ahok tu?

Ahok adalah bekas gobernor Jakarta berbangsa Cina yang berasal dari Pulau Belitung ni. Sebab dia tersohor maka rumah dia pun di jadikan tempat tumpuan wisata di sini. Tak de apa yang menarik pun, ada rumah banglo besar dan kawasan kandang kuda di sebelahnya.

Keldai

Sempat kami singgah beli goreng pisang di sini

Penglibatan Ahok dalam dunia politik tak kekal lama.

Beliau kini di tahan di penjara atas kesalahan menghina Al Quran.

Moga dapat hidayah !

bersambung...............

6 comments:

  1. Meng...berapa harga package sekepala ko kat Belitung ni?

    ReplyDelete
    Replies
    1. 4d3n sorang dalam RM600. Tak masuk hotel sebab hotel kami cari sendiri. Buleh je nak mabik pakej siap hotel. harga kat RM 1000 lebih gak la

      Delete